JALAN-JALAN ke Kabupaten Kuningan, orang biasanya akan menyempatkan
diri untuk singgah di beberapa tempat yang selama ini sudah dikenal
sebagai ikon wisata daerah tersebut. Sebut saja situs sejarah
Linggarjati, pemandian air panas Sangkanhurip, kolam hikan Cibulan dan
Cigugur, Waduk Darma, atau Talaga Remis.
Di luar nama-nama yang sudah populer di atas, Kuningan juga masih
menyimpan objek wisata yang jika ditata dan dipromosikan lebih baik,
bisa menjadi daerah tujuan wisata andalan. Salah satunya adalah daerah
Palutungan, yang oleh beberapa kalangan sering disebut-sebut sebagai
”Lembang”-nya Kab. Kuningan. Hanya, untuk para wisatawan luar daerah,
Palutungan masih belum dikenal.
Selama ini, nama Palutungan sebenarnya cukup menjadi tempat favorit
untuk berkemah dan rendezvous anak-anak muda. Tiap akhir pekan dan
liburan, Palutungan selalu dipadati para remaja dan anak-anak sekolah
yang datang dari Kabupaten Kuningan, Majalengka, Cirebon, bahkan Tegal
(Jawa Tengah). Mereka ke sana untuk berkemah selama satu atau dua hari.
Sebagian lagi sekadar mencari suasana bersama kekasih.
Belakangan, Palutungan juga menjadi area outbound dan gathering
dengan kelengkapan memadai untuk melatih ketangkasan dan uji nyali,
seperti flying fox. Fasilitas umumnya juga relatif sudah lengkap seperti
tempat parkir yang luas, toilet, sarana ibadah, warung jajanan, pusat
informasi, hingga area botram yang nyaman. Untuk keperluan komunikasi,
sinyal telefon seluler dari sejumlah operator tergolong cukup kuat,
sehingga sangat membantu wisatawan.
Terletak di punggung Gunung Ciremai (gunung tertinggi di Jawa Barat)
pada ketinggian 1.100 meter di atas permukaan air laut (mdpl),
Palutungan mampu memberi sensasi tersendiri. Di Palutungannya sendiri,
kita bisa menikmati suasana alam khas pegunungan, perpaduan antara
kesejukan udara, jejeran pohon pinus merkusi, dan kicau burung yang
hinggap di dahan pepohonan. Semuanya bisa membuat pikiran segar kembali.
Pemandangan khas lainnya yang dijumpai di Palutungan adalah seringnya
kabut turun menyelimuti kawasan tersebut. Selimut kabut itu datang
nyaris tak mengenal waktu atau musim. Baik pagi, siang, sore, maupun
malam, kabut bisa tiba-tiba turun. Memang turunnya kabut kerap
menciptakan suasana horor dan magis. Namun, pada saat yang sama juga
menampilkan pemandangan spektakuler yang sulit dijelaskan dengan
kata-kata.
Jika ingin menikmati permainan air, kita juga tak perlu repot karena
tak jauh dari lokasi perkemahan, terdapat sebuah curug (air terjun) yang
cukup indah pemandangannya. Air terjun yang lebih dikenal sebagai Curug
Putri itu terletak di lembah sebelah timur dan hanya berjarak sekitar
lima ratus meter dari area perkemahan. Curug Putri termasuk area favorit
yang banyak dikunjungi remaja dan keluarga.
Salah satu daya tarik curug setinggi delapan meter itu adalah adanya
kepercayaan bahwa air curug tersebut mengandung khasiat obat, khususnya
rematik dan penyakit tulang. Ada juga yang percaya, air Curug Putri yang
bersumber dari mata air di gunung Ciremai itu bisa mengobati 1.001
macam penyakit. Di samping itu, air curug juga dipercaya memiliki
khasiat mempermudah dapat jodoh. Jika orang sering mandi dan membasuh
muka dengan air Curug Putri, orang itu dipercaya bakal segera dapat
jodoh.
Nama Curug Putri itu sendiri berasal dari legenda yang menyebutkan
bahwa tempat itu merupakan pemandian para putri dari kahyangan, tempat
para bidadari turun ke bumi. Saat ada hujan gerimis dan matahari
bersinar, dari Curug Putri kita bisa melihat bentang pelangi yang
diyakini oleh sebagian masyarakat sebagai jembatan bagi turunnya para
bidadari nan cantik jelita dari kahyangan ke bumi.
Tidaklah mengherankan jika banyak pengunjung yang datang ke Curug
Putri sengaja membiarkan tubuhnya tertumbuk air terjun, berendam, dan
menceburkan diri ke dalam kolam yang dibuat berundak-undak, atau sekadar
membasuh muka dengan air curug. ”Ya, itu kan hanya mitos. Saya sendiri
mandi air terjun bukan untuk cari jodoh, tetapi karena seneng aja,”
tutur Mulyana, remaja asal Kecamatan Cipicung, Kab. Kuningan.
Selain itu, Palutungan juga diklaim sebagai tempat terbaik untuk bisa
menyaksikan pemandangan indah dan spektakuler. Hal itu dimungkinkan
karena dari Palutungan kita bisa menyapu pandang ke tempat-tempat yang
ada di posisi lebih bawah. Ke arah timur, kita bisa menyaksikan Kota
Kuningan dan daerah-daerah sekitarnya. Ke arah selatan, Waduk Darma
dengan genangan airnya bisa kita nikmati. Ke arah barat, kita bisa
menyaksikan sebagian Majalengka. Sementara ke arah utara, kita bisa
melihat Laut Jawa dan Pantai Cirebon.
Berlokasi di Kampung Malaraman, Desa Cisantana, Kecamatan Cigugur,
Kabupaten Kuningan, Palutungan relatif mudah untuk dijangkau. Jalanan
beraspal yang tak terlalu lebar, cukup memadai untuk dilalui berbagai
jenis kendaraan, baik roda dua maupun empat. Dari Kota Kuningan, sebelum
sampai di Palutungan, pengunjung akan melewati dua objek wisata yang
selama ini sudah dikenal yakni pemandian Cigugur dan Goa Maria
Cisantana.
Untuk mencapai lokasi yang berjarak sekitar sembilan kilometer ke
arah barat dari Kota Kuningan itu, para pengunjung harus melewati jalan
yang berkelok dan mendaki. Oleh karena itu, para pengunjung dituntut
ekstra hati-hati, terutama saat musim hujan. Selain beberapa ruas cukup
terjal dan jalan tak terlalu lebar, saat musim hujan, jalanan relatif
licin.
Saat menuju Palutungan, karena jalanan menanjak, pengendara (sepeda
motor dan mobil) mesti sering ”bermain” dengan gigi rendah. Sebaliknya,
saat pulang dari Palutungan, karena menurun, pengendara harus
sering-sering menginjak rem. Dengan kondisi seperti itu, jika ingin ke
Palutungan, sangat disarankan menggunakan kendaraan yang bugar dan dalam
kondisi baik. Sebaiknya dihindari penggunaan kendaraan jenis sedan.
Meskipun demikian, bagi sebagian pengunjung, kondisi jalanan yang
berkelok-kelok, justru menghadirkan sensasi tersendiri. Di samping bisa
menikmati kelokan jalan, selama perjalanan ke Palutungan, kita akan
menikmati aroma khas pegunungan, yakni berupa harum segar aroma daun
bawang, wortel, seledri, dan beragam jenis sayuran, yang campur aduk
dengan ”aroma” kotoran kerbau/sapi yang digunakan petani untuk memupuk
lahan mereka.
Yang pasti, udara Palutungan memang menyegarkan dan menyehatkan.
Apalagi bagi kita yang hidup di kota, di mana keseharian kita tak bisa
lepas dari kontaminasi polusi yang membahayakan kesehatan.
Sumber : Pikiran Rakyat